Jumat, 19 April 2013

Prinsip Dasar Pulp Washer Drum (Singkat)

Sobat Syambas blog sudah lama saya ga posting nih. Yup, kali ini saya akan berbagi sedikit tentang prinsip kerja Pulp Washer Drum secara singkat. Langsung saja ya, gebeerrrrrr.......



Pulp Washer Drum

Pulp dg  0,5-1,8% konsistensi diumpankan ke washer drum  melalui washer wire yang menempel pada drum, pulp mat dibentuk dan akan diangkat dari tong dengan putaran drum dan masuk zona pencucian, sedangkan airnya didrainase. Pulp akhirnya dipisahkan dari wire. Prinsipnya vakum dan bertekanan





Nah itu dia prinsip dasarnya, sangat singkat kan?
haha semoga bermanfaat ya :)

Sabtu, 09 Februari 2013

Sabtu, 26 Januari 2013

Sifat Kimia Lemak

Oke para blogger, kali ini saya akan berbagi tentang sifat kimia lemak. Langsung saja ya...
ini hanya garis besarnya saja, kalian bisa dowload file document'nya.




Pembentukkan lemak
Lemak merupakan senyawa hasil kondensasi satu molekul Gliserol dengan tiga molekul Asam lemak, yang membentuk satu molekul Trigliserida dan tiga molekul Air.

Reaksi penyabunan
Trigliserida dapat dihidrolisis dengan berbagai cara, yang paling umum adalah dengan alkali atau enzim lipase. Hidrolisis dengan alkali disebut penyabunan. Bilangan penyabunan didefinisikan sebagai jumlah mg KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram minyak atau lemak.

Reaksi Halogenasi
Asam lemak tak jenuh , baik bebas maupun terikat sebagai ester dalam minyak dan lemak, mengadisi Halogen pada ikatan rangkapnya. Reaksi ini menghilangkan warna larutan halogen (Br2 dan I2). Karena derajat adsorpsi minyak atau lemak sebanding dengan banyaknya ikatan rangkap pada bagian asamnya, maka jumlah Halogen yang dapat bereaksi dengan lipid dapat dipergunakan sebagai Indeks Kejenuhan. Harga indeks ini digunakan sebagai bilangan Yodium yaitu banyaknya Yodium (atau Yodium ekivalen) dalam gram oleh seratus gram lemak atau minyak.


Reaksi Hidrogenasi
Proses konversi minyak menjadi lemak dengan jalan Hidrogenasi (dikenal dengan proses pengerasan), yaitu dengan mengalirkan gas Hidrogen dengan tekanan (1,75 Kg/cm2) ke dalam tangki minyak yang panas (200oC) yang mengandung katalis Nikel yang terdispersi.


untuk lebih jelasnya dan lengkap dengan reaksi kimianya, silahkan :



Minggu, 20 Januari 2013

Oksigen Terlarut - Dissolved Oxygen


Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengankebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi inimenunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air ,mengindikasikan air tersebut memiliki kualitasyang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telahtercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat dianjurkandisamping paramter lain seperti BOD dan COD. Di dalam air , oksigen memainkan peranan dalam menguraikan komponen-komponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida dengan zat pencemar seperti komponen organik sehingga zat pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam proses metabolisme. Dengan adanya oksigen dalam air mikroorganisme semakin giat dalam menguraikan kandungan dalam air. Pada klimaksnya, oksigen yang tersedia tidak cukup untuk menguraikankomponen kimia tersebut. Keadaan yang demikian merupakan pencemaran berat pada air.



Untuk Lebih Jelasnya Silahkan DOWNLOAD DO LAPORAN DISINI

Kromatografi (dasar)



Apa itu Kromatografi?
Kalau bicara tentang kromatografi pasti ada beberapa definisi dengan kata-kata yang beda. Salah satunya menyebutkan bahwa, “Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit-analit dalam sampel terdistribusi antara 2 fase, yaitu fase diam dan fase gerak.”


Dari pengertian di atas dapat diketahui kalo ada dua komponen penting dalam kromatografi yaitu fase diam dan fase gerak. Dan perlu dicatat bahwa hasil pemisahan kromatografi yang baik bukan lagi berbentuk senyawa melainkan berbentuk tunggal.

Fase diam (Stationary phase)
Fase diam merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses pemisahan dengan kromatografi. kenapa? karena dengan adanya interaksi dengan fase diamlah terjadi perbedaan waktu retensi (tR) dan terpisahnya komponen senyawa analit.
Fase diam dapat berupa bahan padat atau porous (berpori) berbentuk molekul kecil atau cairan yang umumnya dilapiskan pada padatan pendukung.

Fase gerak (Mobile phase)
Fase gerak merupakan pembawa analit dapat bersifat inert maupun berinteraksi dengan analit tersebut. Nah fase gerak ini g melulu hanya cairan. Tapi juga dapat berupa gas inert yang umumnya dapat dipakai sebagai carrier gas senyawa mudah menguap (volatil)

Pemisahan dengan kromatografi
Pemisahan dengan kromatografi sendiri lebih baik daripada ekstraksi. kenapa? Karena sering diibaratkan dengan corong pisah yang saling berhubungan yang bergerak dari atas ke bawah dimana pada setiap corong pisah terjadi pemisahan. Selain itu permukaan antar fase pada kromatografi lebih besar.
Lalu apa yang menyebabkan senyawa tersebut dapat dipisahkan?
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya kalo pemisahan senyawa-senyawa dapat diamati dengan perbedaan waktu retensi (tR) pada kromatogram.
“Waktu retensi (tR) adalah waktu yang diperlukan oleh analit dari awal kolom sampai ke detektor”
Semakin lama analit berinteraksi dengan fase diam –> semakin lama ia keluar –> tR semakin besar
Sehingga ada suatu konstanta yang menyatakan kecepatan migrasi solut melalui fase diam. Kecepatan migrasi solut dipengarui oleh perbandingan distribusinya (Kd atau kadang disebut D) yang ditentukan oleh afinitas relatif solut pada fase diam dibanding fase gerak:
Kd = Kadar senyawa dalam fase diam/Kadar senyawa dalam fase gerak
Dari persamaan tersebut dapat ditarik kesimpulan kalo semakin besar harga Kd suatu senyawa maka waktu retensinya (tR) akan semakin besar karena interaksi dengan fase diam besar dan migrasinya semakin lambat.




Untuk Lebih Jelasnya Silahkan Download File Doc DISINI


Semoga Bermanfaat  ^_^

Jumat, 18 Januari 2013

Nitrogen - Penentuan Kadar Nitrogen Dalam Tanah Metode Kjedahl


Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein (Hanafiah 2005).
Menurut Hardjowigeno (2003) Nitrogen dalam tanah berasal dari :
a. Bahan Organik Tanah : Bahan organik halus dan bahan organik kasar
b. Pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara
c. Pupuk
d. Air Hujan



            Sumber  N   berasal   dari   atmosfer   sebagai   sumber  primer,  dan   lainnya berasal  dari   aktifitas  didalam  tanah  sebagai  sumber  sekunder. Fiksasi  N  secara simbiotik    khususnya  terdapat   pada   tanaman   jenis  leguminoseae   sebagai   bakteri   tertentu.  Bahan organik    juga membebaskan   N    dan   senyawa   lainnya   setela mengalami   proses  dekomposisi oleh aktifitas jasad renik tanah.
            Hilangnya N dari tanah disebabkan karena digunakan oleh tanaman atau mikroorganisme. Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 – 4000 kg/ha pada lapisan 0 – 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang 3 % dari jumlah tersebut (Hardjowigeno 2003). Manfaat dari Nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif, serta berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain (RAM 2007). Nitrogen terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk-bentuk organik meliputi NH4, NO3, NO2, N2O dan unsur N. Tanaman menyerap unsur ini terutama dalam bentuk NO3, namun bentuk lain yang juga dapat menyerap adalah NH4, dan urea (CO(N2))2 dalam bentuk NO3. Selanjutnya, dalam siklusnya, nitrogen organik di dalam tanah mengalami mineralisasi sedangkan bahan mineral mengalami imobilisasi. Sebagian N terangkut, sebagian kembali scbagai residu tanaman, hilang ke atmosfer dan kembali lagi, hilang melalui pencucian dan bertambah lagi melalui pemupukan. Ada yang hilang atau bertambah karena pengendapan.




Untuk lebihh Jelasnya, Silahkan download File Prosedur + Laporannya DISINI






Penentuan Asiditas dan Alkalinitas dalam Air Secara Titrimetri


Dasar Teori

Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa menurunkan pH larutan. Alkalinitas terdiri dari ion-ion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO3-) dan hidroksida (OH-) yang merupakan buffer terhadap pengaruh pengasaman. Alkalinitas diperlukan untuk mencegah terjadinya fluktuasi pH yang besar, selain itu juga merupakan sumber CO2 untuk proses fotosintesis fitoplankton. Nilai alkalinitas akan menurun jika aktifitas fotosintesis naik, sedangkan ketersediaan CO2 yang dibutuhkan untuk fotosintesis tidak memadai. Sumber alkalinitas air tambak berasal dari proses difusi CO2 di udara ke dalam air, proses dekomposisi atau perombakan bahan organik oleh bakteri yang menghasilkan CO2, juga secara kimiawi dapat dilakukan dengan pengapuran secara merata di seluruh dasar tambak atau permukaan air .Jenis kapur yang biasa digunakan adalah CaCO3 (kalsium karbonat), CaMg(CO3)2 (dolomit), CaO (kalsium oksida), atau Ca(OH)2 (kalsium hidroksida). Alkalinitas dinyatakan dalam mg CaCO3/liter air (ppm).
            Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung pertumbuhan alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan :
a.       Pengaruh sistem buffer dari alkalinitas;                      
b.       Alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organik. Sehingga alkalinitas diukur sebagai factor kesuburan air.
            Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm (Dewi, 2007).
Alkalinitas diukur dengan cara titrasi dengan asam yang distandarisasi sampai titik akhir methyl orange (MO) pada sekitar pH 4.3 dan dicerminkan sebagai mg/L sebagai CaCO3. Sebagian besar air beralkalinitas tinggi juga mempunyai pH alkalin (pH >7) dan konsentrasi TDS yang tinggi .
             Asiditas adalah hasil dari adanya asam lemah seperti H2PO4-,  CO2,  H2S,  asam-asam lemak, dan ion-ion logam asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada alkalinitas, karena dua contributor utamanya adalah CO2 dan H2S merupakan larutan volatile yang segera hilang dari sample.(Syafila, Mindriany) 
Untuk asam kuat seperti H2SO4 dan HCl dalam air dikenal dengan istilah “asam mineral bebas” (free mineral acid). “Acid Mineral Water” mengandung asam mineral bebas dalam konsentrasi yang harus diperhitungkan. (Manahan,Stanley).




Prinsip


Asiditas
CO2 asam mineral dan asam harus dalam air dinetralkan oleh larutan standar basa dan asam dengan indicator fenolptalein dan jingga metil.

Alkalinitas
            Alkalinitas adalah banyaknya asam diperlukan untuk menretralkan basa dalam air. Pada umumnya yang menyebabkan air bersifat basa ialah bikarbonat (HCO3), karbonat (CO3-), hidroksida (OH-) dan senyawa lain yang menyebabkan air bersifat basa tetapi hanya sedikit terdapat dalam air sehingga dapat diabaikan.







Download File Laporan dan Prosedur Penentuan DISINI

Sabtu, 12 Januari 2013

Protein - Uji Kualitatif Protein


Protein

Protein (protos yang berarti ”paling utama") adalah senyawa organik kompleks yang mempuyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer - monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida.  Peptida dan protein merupakan polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino dan gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil dari 6.000, biasanya digolongkan sebagai polipeptida.
Proetin banyak terkandung di dalam makanan yang sering dikonsumsi oleh manusia. Seperti pada tempe, tahu, ikan dan lain sebagainya. Secara umum, sumber dari protein adalah dari sumber nabati dan hewani. Protein sangat penting bagi kehidupan organisme pada umumnya, karena ia berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak dan suplai nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Maka, penting bagi kita untuk mengetahui tentang protein dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
            Oleh karena itu, kegiatan praktikum ini bertujuan untuk mengetahui adanya ikatan peptida dari suatu protein, membuktikan adanya asam amino bebas dalam suatu protein, membuktikan adanya asam amino yang berinti benzena, mengetahui kelarutan protein terhadap suatu pelarut tertentu, dan mengetahui titik isoelektrik dari suatu protein secara kualitatif.









- SEMOGA BERMANFAAT -


Cara Mudah Untuk Menghafal Tabel Unsur Periodik



Dalam mempelajari bab Sistem Periodik Unsur, tentunya kita dihadapkan pada Tabel Periodik Unsur yang terdiri dari puluhan unsur. Seiring dengan berlangsungnya proses pembelajaran kimia, kita tidak akan terlepas dari unsur-unsur yang tercantum dalam Tabel Periodik Unsur tersebut. Berikut ini, sedikit tips dari saya untuk rekan-rekan netter kimia mania, untuk menghapal tabel periodik unsur,yang sampai sekarang pun saya masih
menggunakannya untuk mengingat unsur-unsur tersebut. Check this out…!!

Golongan IA (ALKALI)
Unsur: H – Li – Na – K – Rb – Cs – Fr Tips: HaLiNa Kawin Robby Cs Frustasi Golongan IIA

(ALKALI TANAH)
Unsur: Be – Mg – Ca – Sr – Ba – Ra Tips: Bebek Mangan Cacing Seret Banget Rasane

Golongan IIIA (BORON)
Unsur: B – Al – Ga – In – Tl Tips: Bang Ali Gagal Injek Telor Golongan IVA

(KARBON)
Unsur: C – Si – Ge – Sn – Pb Tips: Cerita Singkat Gegerkan Sang Prabu Golongan VA

(NITROGEN)
Unsur: N – P – As – Sb – Bi Tips: Nembak Pacar Asal Sabar Bisa Golongan VIA

(OKSIGEN)
Unsur: O – S – Se – Te – Po Tips: Om Saya Sedang Telepon Polisi Golongan VIIA

(HALOGEN)
Unsur: F – Cl – Br – I – At Tips: Film Charles Bronson Idaman Ati Golongan VIIIA

(GAS MULIA)
Unsur: He – Ne – Ar – Kr – Xe – Rn Tips: Heboh Negara Argentina Karena Xenat Runtuh

Untuk Golongan Transisi, ditekankan pada hapalan
unsur yang sering muncul di soal-soal kimia, yaitu
unsur-unsur yang terletak pada Periode Keempat pada
tabel periodik, tapi hanya yang termasuk golongan
transisi. Unsur- unsur tersebut adalah: Unsur: Sc – Ti – V – Cr – Mn – Fe – Co – Ni – Cu – Zn Tips: Suci Titip Verra Cari Mangan, Feri Cocok Nikahin
Cucunya Zaenudin

Kimia Tanah


SIFAT KIMIA TANAH


Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

Derajat Kemasaman Tanah (pH)
              Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. pada tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedang pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH- , maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Anonim 1991).

             Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun dcmikian pH tanah umumnya berkisar dari 3,0-9,0. Di Indonesia unumnya tanahnya bereaksi masam dengan 4,0 – 5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0 – 6,5 sering telah dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak masam. Di daerah rawa-rawa sering ditemukan tanah-tanah sangat masam dengan pH kurang dari 3,0 yang disebut tanah sangat masam karena banyak mengandung asam sulfat. Di daerah yang sangat kering kadang-kadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena banyak mengandung garam Na (Anonim 1991).

C-Organik
         Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik (Anonim 1991).
Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah. Musthofa (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2 persen, Agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya pemadatan tanah (Anonim 1991).

N-Total
           Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein (Hanafiah 2005).
Menurut Hardjowigeno (2003) Nitrogen dalam tanah berasal dari :
a.Bahan Organik Tanah : Bahan organik halus dan bahan organik kasar
b.Pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara
c.Pupuk
d.Air Hujan
         Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari aktifitas didalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik khususnya terdapat pada tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik juga membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses dekomposisi oleh aktifitas jasad renik tanah.
        Hilangnya N dari tanah disebabkan karena digunakan oleh tanaman atau mikroorganisme. Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 – 4000 kg/ha pada lapisan 0 – 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang 3 % dari jumlah tersebut (Hardjowigeno 2003). Manfaat dari Nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif, serta berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain (RAM 2007). Nitrogen terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk-bentuk organik meliputi NH4, NO3, NO2, N2O dan unsur N. Tanaman menyerap unsur ini terutama dalam bentuk NO3, namun bentuk lain yang juga dapat menyerap adalah NH4, dan urea (CO(N2))2 dalam bentuk NO3. Selanjutnya, dalam siklusnya, nitrogen organik di dalam tanah mengalami mineralisasi sedangkan bahan mineral mengalami imobilisasi. Sebagian N terangkut, sebagian kembali scbagai residu tanaman, hilang ke atmosfer dan kembali lagi, hilang melalui pencucian dan bertambah lagi melalui pemupukan. Ada yang hilang atau bertambah karena pengendapan.

Kalium (K)
            Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan membantu menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif Nitrat, Fosfat, atau unsur lainnya. Hakim et al. (1986), menyatakan bahwa ketersediaan Kalium merupakan Kalium yang dapat dipertukarkan dan dapat diserap tanaman yang tergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri dan adanya penambahan dari kaliumnya sendiri.
Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang mengandung kalium. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik maka kalium akan larut dan kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar kalium tanah yang larut akan tercuci atau tererosi dan proses kehilangan ini akan dipercepat lagi oleh serapan tanaman dan jasad renik. Beberapa tipe tanah mempunyai kandungan kalium yang melimpah. Kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi pada kation tertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman. Tanah-tanah organik mengandung sedikit Kalium.

Natrium (Na)

            Natrium merupakan unsur penyusun lithosfer keenam setelah Ca yaitu 2,75% yang berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah dan pertumbuhan tanaman terutama di daerah kering dan agak kering yang berdekatan dengan pantai, karena tingginya kadar Na di laut, suatu tanah disebut tanah alkali jika KTK atau muatan negatif koloid-koloidnya dijenuhi oleh ≥ 15% Na, yang mencerminkan unsur ini merupakan komponen dominan dari garam-garam larut yang ada. Pada tanah-tanah ini, mineral sumber utamanya adalah halit (NaCl). Kelompok tanah alkalin ini disebut tanah halomorfik, yang umumnya terbentuk di daerah pesisir pantai iklim kering dan berdrainase buruk. Sebagaimana unsur mikro, Na juga bersifat toksik bagi tanaman jika terdapat dalam tanah dalam jumlah yang sedikit berlebihan (Hanafiah, 2005).

Kalsium (Ca)
            Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti Magnesium dan Belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman, diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali sebagai endapan-endapan sekunder dan tercuci (Leiwakabessy 1988). Adapun manfaat dari kalsium adalah mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang dan membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu aktivitas beberapa enzim (RAM 2007).


Kapasitas Tukar Kation (KTK)

            Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowogeno 2003). Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh :
1.Reaksi tanah
2.Tekstur atau jumlah liat
3.Jenis mineral liat
4.Bahan organik dan,
5.Pengapuran serta pemupukan.
Soepardi (1983) mengemukakan kapasitas tukar kation tanah sangat beragam, karena jumlah humus dan liat serta macam liat yang dijumpai dalam tanah berbeda-beda pula.



DOWNLOAD : Kimia Tanah. Doc

Sumber : andre –eqiulibrita –kimia tanah_

Jumat, 11 Januari 2013

Penentuan kadar Lemak Secara Kuantitatif


        I.            Judul Praktikum     :
a)      Penentuan Angka Penyabunan
b)     Penentuan Angka Asam
c)      Penentuan Angka Yodium

     II.            Tanggal Praktikum   :


   III.            Tujuan Praktikum  :
-       dapat menuliskan reaksi-reaksi dengan baik dan benar
-  dapat menentukan bilangan asam , bilangan penyabunan, dan bilangan yodium dalam bahan yang dianalisa

  IV.            Dasar Teori               :



1.      Bilangan Penyabunan
Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar. minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek berarti mempunyai berat molekul ytang relatif kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya bila minya mempunyai berat molekul yang besar ,maka angka penyabunan relatif kecil . angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak.

2.      Bilangan asam

Didefiniskan sebagai jumlah KOH (mg) yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas dalam 1 gram zat. Bilangan asam ini menunjukan banyaknya asam lemak bebas dalam suatu lemak atau minyak. Penentuannya dilakukan dengan cara titrasi menggunakan KOH-alkohol dengan ditambahkan indikator pp.
Bilangan asam merupakan salah satu parameter untuk mengetahui kualitas minyak atau lemak, pengujian bilangan asam juga dapat dilakukan untuk minyak atau lemak yang berasal dari hasil ekstraksi produk makanan seperti  mie instan. Lemak diartikan sebagai suatu bahn makannan yang pada suhui ruangan terdapat dalm bentuk cair. Lemak dan minyak terdapat hampir semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda, tetapi lemak dan miyak tersebut seringkali ditambahkan dengansengaja kedalam bahan makanan dengan berbagai tujuan . dalam pengolahan bahan makanan, minyak dan lemak berfungsi sebagai media penghantar panas, seperti minyak goreng. Pengukuran bilanagn asam maksimum 1mg/g. Jika bilangan asam lebih dari 1mg/g,maka tidak layak dimakan . bilanagan asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk mentralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak. Makin tinggi bilangan asam makin rendah kualitas minyak atau lemak.

3.      Bilangan Iod
Bilangan iod digunakan untuk menghitung katidakjenuhan minyak atau lemak, semakin besar angka iod, maka asam lemak tersebut semakin tidak jenuh. Dalam pencampurannya, bilangan iod menjadi sangat penting yaitu untuk mengidentifikasi ketahanan sabun pada suhu tertentu.
Bilangan yodium adalah ukuran derajat ketidakjenuhan. Lemak yang tidak jenuh dengan mudah dapat bersatu dengan yodium (dua atom yodium ditambahkan pada setiap ikatan rangkap dalam lemak). Semakin banyak yodium yang digunakan semakin tinggi derajat ketidakjenuhan. Biasanya semakin tinggi titik cair semakin rendah kadar asam lemak tidak jenuh dan demikian pula derajat ketidakjenuhan (bilangan yodium) dari lemak bersangkutan. Asam lemak jenuh biasanya padat dan asam lemak tidak jenuh adalah cair; karenanya semakin tinggi bilangan yodium semakin tidak jenuh dan semakin lunak lemak tersebut.
Karena setiap ikatan kembar dalam asam lemak akan bersatu dengan dua atom yodium maka dapatlah ditentukan setiap kenaikan dalam jumlah ikatan rangkap (kemungkinan ketengikan) yang timbul pada waktu lemak tersebut mulai disimpan.
Pengetahuan mengenai bilangan yodium adalah penting untuk menentukan derajat dan jenis lemak yang akan digunakan dalam ransum. Sesungguhnya bilangan yodium suatu jenis lemak perlu ada dalam batas-batas tertentu. Untuk lemak sapi bilangan yodium harus ada dalam batasan 35 dan 42. Untuk lemak babi bilangan yodiumnya dapat bervariasi antara 52 dan 67.
Perubahan bilangan yodium dapat merupakan hal yang penting. Bila bilangan yodium tersebut lebih tinggi dari normal maka hal tersebut dapat berarti bahwa ada pemalsuan dengan jenis lemak lain yang mempunyai bilangan yodium lebih tinggi. Lemak kuda mempunyai bilangan yodium 69. Minyak tumbuh-tumbuhan atau minyak ikan (tidak dihidrogenasi) mempunyai bilangan yodium yang lebih tinggi, kerap sekali melebihi 100. Sebaliknya bila bilangan yodium adalah lebih rendah dari normal maka hal itu berarti bahwa lemak telak mengalami perlakuan khusus. Perlakuan tersebut kerap kali berupa penguraian lemak untuk memisahkan asam oleat dari trigliserida. Dengan demikian akan diperoleh lemak yang sangat tinggi kandungan ester-ester palmitat dan stearat.
Bilangan yodium dapat pula diperendah dengan cara menggunakan lemak-lemak yang telah dihidrogenasi. Pada waktu sekarang hidrogenasi minyak ikan yang rendah harganya menjadi terkenal dan minyak-minyak tersebut kerap kali dijual di pasaran bercampur dengan lemak sapi. Bila dipasaran ada lemak sapi atau lemak domba murni yang mempunyai bilangan yodium sangat rendah maka dapat diduga bahwa ada pemalsuan.
     V.            Prinsip
1.      Angka penyabunan
Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada trigliserida. Bila reaksi penyabunan telah selesai, maka lapisan air yang mengandung gliserol dapat dipisahkan dengan cara penyulinngan.
Bilangan penyabunan didefinisikan jumlah KOH (mg) yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas dan asam lemak hasil hidrolisis dalam 1gr zat. Penentuannya dilakukan dengan cara merefluks dengan larutan KOH-alkohol selama 30 menit, didinginkan lalu dititrasi kembali kelebihan KOH dengan larutan baku HCl.

2.      Angka Asam
Angka asam didefinisikan sebagai jumlah KOH (mg) yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas dalam 1gr zat.


3.      Angka Yodium
Jumlah I2 (mg) yang diserap oleh 100gr sampel. Bilangan Iod menunjukkan banyaknya asam-asam tak jenuh, baik dalam bentuk bebas maupun dalam bentuk esternya disebabkan sifat asam lemak tak jenuh yang sangat mudah menyerap I2.

  VI.            Alat Dan Bahan       :
1.       Alat          :
-       Labu Erlenmeyer asah
-       Alat Refluks kondensor
-       Klem
-       Statif
-       Buret
-       Botol semprot
-       Gelas kimia
-       Neraca Analitik
-       Botol timbang
-       Alat refluks kondensor
-       Pipet seukuran 50ml dan 10ml
-       Pipet tetes

2.       Bahan      :
-       Lemak atau Minyak
-       C2H5OH netral
-       Indikator phenolptalein (pp)
-       Indikator BTB
-       KOH 0,1 N
-       CHCl3
-       Larutan hanus (yodium-bromida)
-       KI 15%
-       Na2S2O3.5H2O
-       Amilum
-       HCl 0,5 N
-       Aquadest

VII.            Cara Kerja :
1.      Cara Kerja
I.            Penentuan Angka Penyabunan
a.    Timbang 5 gram sampel ke dalam labu Erlenmeyer 200 ml. tambahkan 50 mL larutan KOH yang dibuat dari 40 gram KOH dalam 1 L alcohol. Setelah itu ditutup dengan pendingin balik, didihkan dengan hati-hati selama 30 menit.
b.    Selanjutnya, denginkan dan tambah beberapa indicator Pp dan titrasilah kelebihan larutan standar dengan HCl 0,5 N. untuk mengetahui kelebihan larutan KOH dibuat titrasi blanko, yaitu dengan prosedur yang sama kecuali tanpa bahan lemak atau minyak.
II.          Penentuan angka Asam
                                    a.     5 gram sampel lemak ditimbang dan ditambahkan 50 mL C2H5OH netral
                                    b.     Ditutup segera dengan pendingin balik kemudian dipanaskan dan dikocok kuat-kuat untuk melarutkan asam lemak bebasnya
                                    c.     Setelah dingin, larutan lemak dititrasi dengan larutan KOH 0,1N standar terhadap indikator phenolptalein hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwarna sampai merah muda yang tidak hilang selama 30 detik. Ditambahkan indikator Bromtimol Biru sampai biru jika cairan yang dititrasi berwarna biru.

III.        Penentuan Angka Yodium
a.      5 gram sampel lemak atau minyak ditimbang dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 10 mL CHCl3 dan 25 mL reagen hanus (Yodium-Bromida) dan dibiarkan ditempat gelap selama 30 menit dengan sesekali dikocok kuat kuat
b.      10mL larutan KI 15% ditambahkan ke dalam labu erlenmeyer  tersebut dan ditambahkan aquades yang telah dididihkan sebanyak 50-100 mL. Campuran tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3.5H2O 0,1N sampai warna larutan kuning pucat, kemudian ditambahkan 2 mL amilum dan dititrasi kembali sampai warna biru menjadi hilang
c.       Penetapan blanko dibuat dari 25 mL larutan reagen yodium Bromida dan ditambahkan 10 mL KI 15% kemudian diencerkan dengan 100 mL aquades yang telah didihkan dan dititrasi dengan larutan Na2S2O3.5H2O 0,1N