1.
Tujuan
praktikum
Untuk
memperoleh nilai permanganate dalam sampel air
2.
Prinsip
percobaan
Pada uji permanganat dari sampel air dilakukan
dengan penambahan asam sulfat pekat bebas zat organik dan dilakukan pemanasan
untuk mempercepat reaksi.Dan di titrasi dengan larutan KMnO4.
3.
Dasar
teori
Kecenderungan pemakaian air minum isi ulang (AMIU) oleh masyarakat
terutama di perkotaan
semakin meningkat. Namun demikian kualitasnya masih perlu dikaji dalam rangka pengamanan kualitas airnya yang mempengaruhi
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu telah
dilakukan penelitian kualitas air minum dari depot air minum isi ulang di
Jakarta, Tangerang dan Bekasi. Tujuan: adalah
untuk mengetahui proses pengolahan air minum di depot AMIU, kualitas air minum isi ulang dari depot AMIU yang banyak beredar
saat ini dan mengetahui kondisi kesehatan
lingkungan dan jumlah konsumsi serta pendapat konsumen terhadap air minum dari depot AMIU. Metodologi:
Jumlah sampel depot air minum adalah 38, sedangkan untuk sampel air setiap depot diambil 1 sampel air baku dan 1 sampel air
minum sehingga jumlah sampel air seluruhnya
adalah 76. Parameter kualitas air yang diperiksa meliputi parameter fisik,
kimia, dan bakteriologi sesuai dengan Permenkes 416
tahun 1990 untuk air baku (air bersih) dan
Kepmenkes 907 tahun 2002 untuk air minum. Pemeriksaan sampel air berdasarkan
Standard Method for Examination Water and Wastewater dilakukan di laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Jakarta.
Untuk mengetahui kondisi higiene sanitasi
depot dilakukan wawancara terhadap pengusaha/operator depot air minum. Hasil:
1. Hasil wawancara terhadap pengusaha depot menunjukkan sumber air di
depot air minum
adalah mata air (89,5%) yang berasal dari Bogor (60,5%). Proses penyaringan dilakukan dengan menggunakan catridge yang
berisi pasir dan karbon aktif (50%) sebagai
filter, ada juga yang hanya menggunakan mikro filter (10,5%) dan menggunakan keduanya (39,5%). Hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukkan bahwa seluruh sampel,
baik air baku maupun air minum untuk parameter kimia dan fisik masih memenuhi persyaratan kesehatan kecuali pH. Dari hasil
pengukuran pH menunjukkan 6 sampel air baku
(13,2 %) tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan Permenkes 416 tahun 1990
dan 3 sampel air minum (7,9%) tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan
Kepmenkes 907 tahun 2002.
2. Untuk parameter bakteriologi (total coli dan fecal coli), 12
sampel (31,6%) dari seluruh sampel air baku yang diperiksa tidak memenuhi
persyaratan kandungan total coli menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan 11 sampel
(28,9 %) tidak memenuhi persyaratan kandungan fecal coli. Untuk air minum, dari 38 sampel yang
diperiksa terdapat 11 sampel (28,9%) tidak
memenuhi persyaratan kandungan total coli dan 7 sampel (18,4%) tidak memenuhi persyaratan kandungan fecal coli. menurut
Kepmenkes 907 tahun 2002. Dari hasil wawancara
menunjukkan hanya 42,1% depot yang memeriksakan air baku maupun air minum hasil pengolahan ke laboratorium. Kondisi
kesehatan lingkungan depot AMIU sudah cukup
baik yaitu ditunjukkan dengan tidak adanya sampah yang berserakan (89,5%), adanya saluran limbah (89,5%), dan
bahan lantai depot terbuat dari keramik (84,2%).
Air
minum hasil Mesin Reverse Osmosis Victoria adalah amat sangat tahan disimpan
dalam jangka waktu yang lama, itu adalah disebabkan air tersebut sudah
benar-benar hygienis dan terbebas dari Bakteri serta Virus. Untuk penyimpanan
tidak diharuskan ditempat teduh, sebab air hasil Pemurnian Reverse Osmosis
Victoria adalah amat tahan dijemur sekalipun untuk jangka waktu yang lama. Air
minum hasil pemurnian Victoria Reverse Osmosis diolah tanpa mengandung Bahan
kimia ataupun Pengawet, tetapi adalah diolah dengan sistim
Pemisahan/Desalination.
Kualitas air
baku menentukan proses yang akan dilakukan untuk menghasilkan air yang siap
diminum. Oleh karena itu pengambilan contoh air dari lokasi pengoperasian
sangat dibutuhkan untuk desain alat. Jika kualitas air berubah-ubah sebaiknya
dipilih lokasi yang paling stabil kualitasnya dan kalau perlu dibangun stasiun
pengambilan air baku. Dengan demikian peralatan dapat bekerja secara efektif
dan efisien. Air asin yang akan diolah oleh membran harus jernih, oleh karena
itu pada kasus-kasus dimana air tidak jernih atau keruh perlu dilakukan pengolahan
awal atau pretreatmen karena pretreatmen yang terpasang terbatas kemampuannya.
4.
Alat dan Bahan
Alat-alat : - Burret
-
pipet tetes
-
Gelas kimia
-
Pipet seukuran
-
Pipet ukur
-
Labu Erlenmeyer
-
Statif
Bahan : -
Sampel air yang akan didentifikasi
-
H2SO4
8 N
-
Lar. Baku asam oksalat
0,01 N
-
Larutan KMnO4
-
Air suling
-
Batu didih
5.
Prosedur dan Pengamatan
a.
Prosedur
Penetapan
kenormalan Larutan baku KMnO4
1. Ukur
100 ml air suling secara duplo dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 300 mL,
panaskan hingga 70˚C
2. Tambahkan
5 mL larutan asam sulfat 8 N bebas organic.
3. Tambahkan
10 mL larutan baku asam oksalat 0,01 N.
4. Titrasi
dengan larutan baku KMnO4 sampai warna merah muda dan catat mL
pemakaiannya.
5. Apabila
perbedaan pemakaian larutan baku KMnO4 secara duplo lebih dari 0,1
mL ulangi penetapan, jika kurang rata-ratakan hasilnya untuk perhitungan
kenormalan larutan baku KMnO4.
6. Hitung
kenormalan larutan baku KMnO4.
Cara Uji
1. Tambahkan
larutan baku KMnO4 beberapa tetes ke dalam benda uji hingga terjadi
warna merah muda.
2. Tambahkan
5 mL asam sulfat 8N bebas zat organic.
3. Masukkan
3 butir batu didih.
4. Panaskan
hingga mendidih selama 1 menit.
5. Tambahkan
10 mL larutan KMnO4.
6. Panaskan
hingga mendidih selama 10 menit.
7. Tambahkan
10 mL larutan asam oksalat 0,01 N
8. Titrasi
dengan larutan baku KMnO4 hingga warna merah muda.
9. Catat
mL pemakaian larutan baku KMnO4.
10. Apabila
pemakaian larutan baku KMnO4 lebih dari 7 mL, ulangi pengujian
dengan cara mengencerkan benda uji.
11. Apabila
perbedaan pemakaian larutan baku KMnO4 secara duplo lebih dari 0,1
mL ulangi penetapan, jika kurang rata-ratakan hasilnya untuk perhitungan
kenormalan larutan baku KMnO4.
b.
Pengamatan
Ø Penetapan
Kenormalan KMnO4
Titrasi
ke-
|
I
|
II
|
Akhir
titrasi
|
10,50
|
21,01
|
Awal
titrasi
|
0,00
|
10,50
|
Pemakaian
|
10,50
|
10,51
|
Rata-rata
|
10,505 ml
|
Ø Kadar
Permanganat dalam sampel air Sumur
Titrasi
ke-
|
I
|
II
|
Akhir
titrasi
|
27,20
|
39,20
|
Awal
titrasi
|
26,00
|
38,00
|
Pemakaian
|
1,20
|
1,20
|
Rata-rata
|
1,20 ml
|
6. Persamaan
Reaksi dan Perhitungan
Pembakuan
larutan KMnO4
MnO4-
+ 8 H+ + 5e -------> Mn2+
+ 4H2O )x2
C2O4- -------> 2
CO2 + 2e )x5
2 MnO4-
+ 16 H+ + 10e -------> 2 Mn2+ + 8 H2O
5 C2O4-2 -------> 10 CO2 + 10e
2 MnO4-
+ 5 C2O4-2 + 16 H+ -------> 2 Mn2+ +
10 CO2 + 8 H2O
Perhitungan
Konsentrasi
larutan baku KMnO4
Voksalat
. Noksalat = Vpermanganat . Npermanganat
10 .
0,01 = 10,505 . Npermanganat
Npermanganat = 0,1
10,505
= 0,0095
N
Sampel Uji
a. Kadar
Permanganat dalam sampel air minum
Mg/ L KMnO4 = [(10+A)B-(0,1)]x316
=
[(10+1,2)0,0095-(0,1)]x316
=
[(0,1064 – 0,1)] x 316
=
0,0064 x 316
= 2,0224 mg/L
7.
Pembahasan
Dalam
penentuan kadar permanganate dalam paraktikum ini , praktikan menggunakan
sampel air minum.
Metode yang praktikan lakukan adalah dengan menggunakan titrasi permanganometri
dimana larutan di titer dengan larutan standar KMnO4 0.01 N. titik
akhir ditandai dengan larutan berubah menjadi kemerahan atau merah muda.
Percobaan
ini dilakukan dengan pekerjaan awal adalah menetapkan factor KMnO4
yang digunakan dalam pemeriksaan sampel. Praktikan menguji dengan mentitrasi
asam oksalat yang sudah dicampur dengan H2SO4 dan
memanaskannya sampai mendidih di atas hotplate dengan menggunakan permanganate
0.01 molar. Titik akhir dicapai saat larutan dlam Erlenmeyer berwarna merah
muda. Tujuan dari titrasi penetapan kadar permanganate ini adalah untuk mencari
factor tetapan yang tepat sama untuk menguji permanganate. Hal ini bertujuan
agar hasil uji kualitas sampel yang diinginkan mempunyai nilai kosntan dengan
uji sampel yang akan diperiksa.
Untuk
pengujian sampel dilakukan dengan menguji sampel 50 ml dengan cara yang sama dengan penetapan factor
KMnO4. Dititrasi dengan KMnO4 yang sudah ditentukan dalam factor ini.
Uji
permanganate bertujuan apakah dalam suatu sampel air sumur masih
terkandung komponen- komponen yang
berbahaya bagi kesehatan. Seperti derajat keasaman yang disebapkan oleh limbah
tertentu dan zat kimia lain yang tidak terdeteksi atau terlewatkan waktu
penyaringan. Angka uji permanganate yang ditetapkan oleh SNI adalah tidak boleh
melebihi 7000. Jika angka melebihi dalam penggunaan suatu bahan konsumsi
makanan maka sampel makanan tersebut tidak layak digunakan. Dalam praktikum ini
praktikan mendapatkan angka yang sangat besar untuk nilai uji permanganate. Dan
hasinya pun bernilai negative. Disini harus benar-benar factor ketelitian.
8. Kesimpulan
Jadi
Setelah melaksanakan percobaan ini kami mendapat mg/L KMnO4 dalam air minum sebesar 2,0224 mg/L